Kekuatan untuk mundur
Orang yang hidup di zaman modern dan di kota - kota besar banyak yang mengalami ketegangan jiwa akibat gaya hidup yang tergesa - gesa. Mereka bukan lagi menjadi tuan yang dapat menguasai waktu yang dengan sadar bebas mengatur ritme cepat atau lambatnya tindakan yang akan diperbuatnya. Mereka justru menjadi budak dari waktu itu sendiri. Hidupnya bagaikan orang yang berada dalam balapan. Mereka kehilangan kekuatan untuk menarik dirinya dari lingkungan itu untuk mengadakan refleksi atas apa yang telah dan akan dikerjakannya. Mereka selalu ingin maju dan terus maju hingga pada akirnya menemui jalan buntu. Demikianlah akirnya menemui kemacetan total pada dirinya dan kehidupan sekitarnya karena terjadi tabrakan dimana - mana. Akhirnya manusia sampai suatu bencana yang diakibatkan oleh dorongan perasaannya sendiri. Galau, gundah gulana.
Inilah akibat kalau kita salah dalam pemahaman dan selalu memiliki pandangan yang sempit tentang kekuatan dan kemenangan. Yang difahami manusia awam, kekuatan adalah sesuatu yang hanya maju kedepan, menyerang dan menyerang. Pandangan tentang makna kekuatan yang demikian ini justru dapat menimbulkan bencana yang sering menimpa manusia semakin fatal. Kita tidak sadar bahwa ada kekuatan dalam bentuk lain yaitu kekuatan untuk mundur. Kekuatan ini dianggap remeh dan sering disebut suatu kemunduran. Namun sejarah membuktikan yang lain, banyak penderitaan yang dipikul masyarakat sebagai akibat tiadanya kekuatan untuk mundur pada sementara pemimpin yang secara nyata sudah waktunya untuk mundur dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada yang lain. Khususnya kepada generasi yang lebih berkualitas.
Bagi orang bijak, mundur bukan berarti suatu kekalahan, karena menang atau kalah adalah suatu pandangan yang relatif. Dari sudut kepentingan pribadi dapat dikatakan kalah, tapi dari sudut kepentingan umum dan demi kesinambungan hal itu dapat berarti kemenangan.
Comments
Post a Comment
terimakasih atas kunjungan dan komen anda