Inti Ajaran Agama Hindu Pokok Pokok Prinsip Ajaran Agama Hindu
Ilustrasi : Badan (Kereta), Roh Individu (Penumpang),
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali kendali).
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali kendali).
Alam
material fana walaupun mendapatkan sedikit kesenangan tapi kemudian
diikuti dengan penderitaan, penuh dengan ketidakpastian, bencana,
kehilangan, kesedihan, rasa takut, rasa sakit, rapuh, kotoran, hal-hal
yang menjijikkan, penyakit, umur tua, dll. hal-hal ini mulai menyadarkan
kita untuk mencari ‘jaminan’ ketenangan dan kebahagiaan abadi di alam
Rohani Tuhan bebas dari penderitaan di alam material.
Penyerahan
diri kepada Tuhan, selalu ingat /sadar kepada Tuhan, tekun sepenuhnya
dengan keyakinan dan cinta bhakti (cinta bhakti misalnya dengan hubungan
Tuhan sebagai Ayah Alam Semesta), dan menyadari hanya Alam Rohani
Tuhan Yang Abadi / kekal dan sebagai tujuan tertinggi..
Bhagavad-gita 2.49
Wahai
Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan
kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa.
Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.
Bhagavad-gita 8.8
Orang yang
bersemadi kepada-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan
pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang
dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Partha.
Bhagavad-gita 8.22
Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian
lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di
tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu
berada di dalam Diri-Nya.
Bhagavad-gita 9.22
Tetapi orang
yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan
bersemadi pada bentuk rohani-Ku – Aku bawakan apa yang dibutuhkannya,
dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
Bhagavad-gita 10.10
Kepada mereka
yang senantiasa setia ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku
berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.
Bhagavad-gita 9.34
Berpikirlah
tentang-Ku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan
menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti
engkau akan datang kepada-Ku.
———————————————-
Pengorbanan, Yadnya (Karma Yoga)
Pengorbanan
tidak semata-mata kedermawanan dan kewajiban tanpa pamrih, tetapi juga
pelayanan sosial, melaksanakan pekerjaan sendiri (yang baik) dengan
sebaik-baiknya, pertapaan (Upawasa / puasa), mengorbankan sift-sifat
buruk kita (mengorbankan sifat-sifat hewani), pengendalian diri dengan
tidak mendengarkan, tidak memikirkan, melihat, tidak berkata hal-hal
buruk, menjaga lingkungan dan alam, tidak menyakiti mahluk lain juga
merupakan korban suci (Yadnya) kepada Tuhan.
Bhagavad-gita 2.61
Orang yang
mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan
kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai
kecerdasan yang mantap.
Bhagavad-gita 3.13
Para
penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan
makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang
lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi,
sebenarnya hanya makan dosa saja. (Catatan : Baca mantra sebelum makan, misalnya 1 kali Mantra Gayatri)
Bhagavad-gita 3.19
Karena itu
hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap
hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil
seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 4.27
Orang lain,
yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran
dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas
kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.
Bhagavad-gita 5.29
Orang yang
sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai penerima
utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa
semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan
semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan
kesengsaraan material.
Bhagavad-gita 16.1
Tidak
mencelakakan yang lainnya, kejujuran, jauh dari rasa amarah, penyerahan
total hasil dari tindakan-tindakannya, kedamaian, tidak mencari-cari
kesalahan, rasa sayang terhadap semua makhluk hidup, kesederhanaan, jauh
dari rasa ketidak setiaan.
Bhagavad-gita 17.25
Tanpa
menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan berbagai
jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ‘tat’ (Om Tat
Sat). Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai pembebasan
dari ikatan material.
Bhagavad-gita 9.27
Apapun yang
engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau
persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun
yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan
kepada-Ku, wahai putera Kunti.
———————————————-
Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga)
Akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka),
akal budi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang
tak terbatas, yang asli dan yang palsu, yang sementara dengan yang
kekal.
Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia
yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun
duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk
mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna,
lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan
terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut
yoga.
Bhagavad-gita 3.42
Indria-indria
yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih
halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi daripada
pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada kecerdasan.
Bhagavad-gita 5.9
Walaupun orang
yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba,
mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia
selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali
tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat,
menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui
bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan obyek-obyeknya
dan bahwa dirinya menyisih dari indria-indria material tersebut.
Bhagavad-gita 13.30
Orang yang
dapat melihat bahwa segala kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang
diciptakan oleh alam material, dan melihat bahwa sang diri (Atman) tidak
melakukan apa pun, melihat dengan sebenarnya.
Diri
Kita Yang Sejati (Roh) berbeda dengan badan material yang boleh
dianggap hanya kekosongan / tidak nyata (ingat atom, elektron yang hanya
energi), badan kita bisa dikatakan sama dengan gambaran orang yang ada
di layar televisi, yang hanya pancaran elektron, apapun kejadian yang
terjadi di dalam layar televisi.. kita mestinya tidak menganggap hal
yang nyata/benar ada di layar televisi tersebut.
Karena yang nyata hanya Roh Individual (Atma) dan
Tuhan, diluar itu yaitu alam, benda, badan adalah energi eksternal
Tuhan, karena badan adalah energi semata maka fikiran, suara, ego,
kecerdasan adalah hal-hal yang bisa dikatakan tidak ada. Alam material
seperti halnya bayangan.. seolah-olah ada tapi sebenarnya tidak nyata. Mengembangkan ketidakterikatan berdasarkan pengetahuan ini.
Contoh
untuk mengurangi amarah bila ada yang menghinamu dengan kata-kata; oleh
karena tubuh orang yang menghina saja tidak nyata apalagi hal-hal yang
muncul dari tubuh itu sendiri yaitu fikiran dan kata-kataya adalah
sesuatu yang tidak ada, dan yang dihinanya pun dengan demikian juga
tidak ada, tubuh, fikiran, ego, dan kata-katanya layaknya debu-debu yang
berterbangan hilang ditiup angin..
———————————————-
Meditasi (Raja Yoga)
Meditasi
pada dasarnya mengkondisikan fikiran menjadi rileks sehingga mencapai
atau mendekati frekuensi alam semesta tetapi harus dalam keadaan “jaga”
yaitu duduk dengan badan tegak. Dari penelitian jumlah energi yang
diperlukan saat duduk meditasi lebih kecil daripada dalam keadaan
berbaring atau tidur. Pada praktek Meditasi Transendental saat
meditasi pada saat tertentu dicapai nafas yang halus bahkan hampir
tanpa nafas yang berarti saat itu kita mengakses energi kosmis (alam
semesta / Unity Field) sehingga tubuh dan mental kita mendapat energi positif, memperoleh kesehatan fisik dan mental, mengikis stres saraf (“dosa”),
meningkatkan kreatifitas dan kecerdasan / akal budi, menumbuhkan
kesabaran, dll. Praktek meditasi yang lain memusatkan kosentrasi kepada
sang diri sejati (cahaya Atma) atau cahaya Tuhan Brahman.
Bhagavad-gita 6.2
Hendaknya
engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan
yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa,
wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi
kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indria-indria.
Bhagavad-gita 6.25
Berangsur-angsur,
selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan
menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan
demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri dan tidak
memikirkan sesuatu selain itu.
Bhagavad-gita 6.26
Dari manapun
pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap,
seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali
di bawah pengendalian sang diri.
Bhagavad-gita 6.27
Seorang yogi
yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan
tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu,
dia menginsafi persamaan sifat antara dirinya dan Yang Mahakuasa, dan
dengan demikian dia di bebaskan dari segala reaksi perbuatan dari
dahulu.
———————————————-
Ke-empat Jalan mencapai kepada Yang Maha Kuasa (Yoga) tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak bisa dipisahkan, misalnya seorang praktisi Meditasi kepada Cahaya Tuhan pada saat yang sama juga sedang melakukan praktek Bhakti kepada Tuhan. Atau ketenangan fisik dan mental karena meditasi membantu pelaksanaan yoga-yoga yang lain.
Seorang yang ber-Bhakti kepada
Tuhan mesti juga menolong dan hormat dengan sesama manusia dan mahluk
hidup lainnya, serta peduli dengan lingkungan tanpa pamrih (Karma).
Tanpa
menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami,
benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkan panen yang baik. Demikian
pula tanpa menghilangkan rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu,
segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal yang penting
dipelajari dari Bhakti Yogaialah
bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk.
Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau
menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian kepada Tuhan.
Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak
akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau harus mengembangkan sifat suci cinta kasih.
Hanya dengan cinta kasih engkau akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia
adalah cinta kasih itu sendiri. Jika engkau ingin melihat bulan tidak
perlu memakai lilin atau obor. Cahaya bulan itu sendiri sudah cukup
untuk melihat bulan. Jika engkau ingin melihat Tuhan, engkau hanya perlu
membenamkan dirimu dalam cinta kasih. Penuhilah dirimu dengan kasih,
engkau pasti akan mencapai Tuhan. (-Bhagavan Sri Sathya Sai Baba – ).
———————————————-
Pada bagian lain, pokok-pokok keimanan (kepercayaan) dalam agama Hindudibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan, percaya adanya Atman (Diri Kita yang Sejati, Roh Individual), percaya adanya Hukum Karma Phala (Sebab Akibat), percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa (Kebebasan dari kelahiran dan kematian / Alam Rohani Tuhan / Kebahagiaan tertinggi / Surga Abadi).
Sumber:
http://agamahindu9.wordpress.com/2012/06/25/inti-ajaran-agama-hindu-pokok-pokok-prinsip-ajaran-agama-hindu/
Comments
Post a Comment
terimakasih atas kunjungan dan komen anda